Akademi Angkatan Udara merupakan bagian tak terpisahkan dari sejarah perjuangan bangsa Indonesia dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan dari tangan penjajah. diawali dengan sekolah penerbang TNI AU sebagai embrionya pada tanggal 15 Desember 1945 oleh Komodor Muda udara a. Adisutjipto di pangkalan udara Maguwo (sekarang Lanud Adisutjipto) Indonesia. selanjutnya dengan memanfaatkan pesawat-pesawat tua seperti Chureng dan Hayabusha, sekolah penerbang tersebut berhasil meluluskan penerbang-penerbang yang handal dan telah menggoreskan tinta emas dalam sejarah perjuangan bangsa kita. mereka itu adalah Prof. dr. Abdulrachman Saleh, Husein Sastranegara, Halim Perdanakusuma, Suharnoko Harbani, Iswahyudi, Soetardjo Sigit dan Moeljono.
Walaupun pada tanggal 29 Juli 1947 terjadi sebuah peristiwa menyedihkan, yakni ketika Belanda menembak jatuh pesawat Dakota VT-CLA yang sedang mengemban misi kemanusiaan yang menyebabkan gugurnya Agustinus Adisutjipto, Abdulrachman Saleh, serta Adi Soemarmo, namun pendidikan sekolah penerbang tidak berhenti sebagai upaya untuk memperoleh tenaga-tenaga inti angkatan udara Republik Indonesia (AURI), yang saat itu baru berusia satu tahun.
Kemudian, pada masa clash kedua, tepatnya tanggal 19 Desember 1948, belanda dengan menggunakan pesawat pembom B-25 menghancurkan pangkalan udara Maguwo. untuk pembangunannya kembali, pimpinan angkatan udara memberikan surat keputusan kerja nomor : 88/54-IV/II tanggal 27 April 1950, yang berisi tentang rencana kerja kilat maupun rencana kerja lima tahun. pedoman kerja pendidikan dan latihan yang diputuskan pimpinan angkatan udara republik indonesia tanggal 11 Desember 1950 antara lain berisi : “bahwa di dalam bidang pendidikan/latihan khusus maupun pendidikan/latihan militer bagi perwira AURI sendiri dan pendatang/pelajar baru, pada suatu waktu akan dipersatukan dalam Akademi Auri”.
Selanjutnya pendidikan penerbang dilaksanakan di andir Bandung, sedangkan Komando Pendidikan dan latihan berada di pangkalan udara Kalijati, subang. melihat banyaknya jurusan pendidikan perwira AURI yang dilaksanakan di kesatuan-kesatuan pendidikan, maka berdasarkan surat keputusan Kasau tanggal 11 Desember 1950, seluruh sekolah tersebut disatukan di bawah naungan satu lembaga pendidikan di pangkalan udara Adisutjipto. moment bersejarah yakni peletakan batu pertama pembangunan Kesatrian Akademi Angkatan Udara dilaksanakan tanggal 9 April 1960 oleh Laksamana muda udara Aburachman atas nama menteri/pangau.
Dengan surat keputusan menteri/panglima angkatan udara nomor : 52 tahun 1965, maka tanggal 26 Juli 1965 dinyatakan sebagai hari berdirinya Akademi Angkatan Udara atau AAU. dan dengan surat keputusan Menteri Angkatan Udara nomor : 32 tahun 1965, Pataka Akademi Angkatan Udara yang bersemboyan “Vidya Karma Vira Pakca” diresmikan dan diserahkan oleh Presiden Republik Indonesia kepada Komandan Jendral Akademi Angkatan Udara, Komodor Udara Dono Indarto. arti Vidya Karma Vira Pakca adalah : “SETIAP PERWIRA LULUSAN AAU DENGAN BERBEKAL ILMU PENGETAHUAN DAN SIKAP KSATRIA, SIAP MELAKSANAKAN TUGAS NEGARA DAN BANGSA UNTUK MENJAGA KEDAULATAN WILAYAH DIRGANTARA NASIONAL”.
Namun dikarenakan adanya persaingan yang tidak sehat dan semangat Korp yang berlebihan pada saat itu, maka Jendral Gatot Subroto mencetuskan gagasan untuk mengintegrasikan keempat lembaga pendidikan Akademi Angkatan dan Polri di bawah satu komando yang terintegrasi, yaitu Akabri. AAU kemudian menjadi Akabri bagian udara berdasarkan surat keputusan Presiden/ Panglima tertinggi ABRI/Panglima koti nomor: 185/koti/1965 tanggal 16 Desember 1965, yang selanjutnya tanggal tersebut dijadikan sebagai hari jadi Akabri. dengan terbentuknya Akabri, maka Wing sekolah penerbang mengalami perubahan organisasi, sehingga pada tanggal 20 Februari 1968 dibentuk kembali Wing pendidikan nomor : 1 (Wingdik I). sehubungan dengan reorganisasi ABRI sejak tanggal 16 Juni 1984 Akabri bagian Udara kembali ke jajaran TNI AU dengan nama Akademi Angkatan Udara.
Dalam perjalanannya, AAU selalu berupaya agar pelaksanaan pendidikan selalu mengikuti perkembangan. salah satu kegiatan yang ditempuh pola pendidikan 3-1. pola yang mulai diberlakukan pada tahun 1986 itu merupakan pola pendidikan yang tersusun dalam program 3 tahun pendidikan di AAU dan satu tahun dasar kecabangan di kesatuan kesatuan TNI AU. dalam rangka mengikuti perkembangan pula, sejak tahun 1986 aau mulai menerapkan sks. sesuai kebutuhan kemudian ditetapkan tiga prodi penyelenggaran pendidikan, yaitu Aeronautika, Elektronika, dan Administrasi. Pada tahun 1992 Program Studi Administrasi disesuaikan menjadi Program Studi Teknik Industri dan selanjutnya pada tahun 1999 diubah menjadi Program Studi Teknik Manajemen Industri.
Untuk peningkatan kualitas hasil didik dan guna memenuhi kebutuhan pengawakan organisasi angkatan udara, lembaga pendidikan Akademi Angkatan Udara pun tak ketinggalan mengadakan kerjasama dengan beberapa perguruan tinggi antara lain : dengan Universitas Gadjah Mada, Institut Teknologi Bandung, Institut Teknologi Surabaya, Universitas Negeri Yogyakarta, dan Sekolah Tinggi Teknologi Adisucipto. Selanjutnya dalam perkembangan terakhir berdasarkan skep Panglima TNI, pendidikan AAU bersama TNI angkatan lainnya dikembalikan menjadi 4 tahun. yaitu selama 12 bulan pendidikan awal secara integratif dengan taruna matra lainnya. perubahan waktu pendidikan tersebut berdarkan keputusan panglima TNI nomor : kep/56/v/2007 tanggal 11 Mei 2007 tentang perubahan lama waktu pendidikan integratif Taruna Akademi TNI dari 5 bulan menjadi 12 bulan. Seiring dengan berjalannya waktu, pendidikan Mako Akademi TNI sebagai payung hukum Akademi Angkatan melakukan permohonan kepada Kementerian Pendidikan Nasional untuk memberikan gelar sarjana bagi lulusan Akademi TNI. dan berdasarkan keputusan Mendikbud nomor 188/E/O/2012 tanggal 21 Mei 2012, mulai saat itu seluruh lulusan AAU sudah memiliki gelar kesarjanaan yang pada tahun 2013 penyebutannya menjadi sarjana terapan pertahanan dengan pangkat S.TR. (Han). tahun ini AKADEMI ANGKATAN UDARA berusia 55 tahun, di usia yang cukup matang tersebut, AAU telah menghasilkan perwira-perwira angkatan udara yang profesional dan berkarakter. mereka telah mengharumkan Angkasa raya, mewarnai goresan tinta emas pengabdian TNI AU, mengisi jabatan-jabatan dalam struktur organisasi TNI AU, Mabes TNI, Kementerian Pertahanan serta sebagai Menteri Negara.
Pada tanggal 1 Agustus 1921 mulai dibuka sekolah penerbangan pertama di Indonesia yang bertempat di Kalijati Subang, Jawa Barat. Selanjutnya pada tanggal 1 Januari 1940 diubah namanya menjadi penerbangan militer (militaire luchvaart). Syarat untuk menjadi penerbang yaitu harus lulusan Militaire Academy Breda (Belanda), karena letnan Suryadi Suryadarma adalah seorang lulusan akademi militer Breda, maka diterima menjadi penerbang pengintai dan setelah lulus ditugaskan menjadi instruktur di sekolah penerbang Kalijati. Pada akhirnya, sekarang bapak R. Suryadi Suryadarma dinyatakan sebagai Bapak Auri dan namanya dijadikan sebagai nama pangkalan udara Kalijati pada tahun 2001.
Pada tahun 1939 Sekolah Penerbang digabungkan dengan Sekolah Pengintai di Lapangan Andir Bandung. Dari sekolah penerbang tersebut direkrut sebanyak 10 orang siswa, di mana 5 orang berhasil mencapai taraf KMB (Kleine Militaire Brevet) yaitu antara lain Husein Sastranegara, Sulistio dan H. Sujono, 2 orang mencapai GMB (Groote Militaire Brevet) yaitu Adi sutjipto dan Sambudjo Hurip dan 3 orang lagi grounded. Selanjutnya setelah penyerahan kedaulatan oleh Belanda kepada Pemerintah RI, maka PAU Andir membuka sekolah penerbang lanjutan (SPL) pada tahun 1950 dan hanya menghasilkan 3 angkatan, untuk angkatan pertama tahun 1950 sejumlah 10 penerbang militer dan 11 penerbang sipil, di antara penerbang militer tersebut Bapak Rusmin Nurjadin, angkatan kedua lulus tahun 1952 sejumlah 16 penerbang antara lain Bapak Ashadi Tjahjadi, Sompil Basuki dan Suwoto Sukendar. Sedangkan angkatan ketiga sebanyak 8 orang antara lain Nurtanio dan Supadio.
Sejarah Akademi Angkatan Udara dimulai sejak didirikannya Lembaga Pendidikan Pertama Perwira TNI AU di Maguwo Yogyakarta pada zaman perang kemerdekaan RI pada Tahun 1945. Akhir bulan Desember 1945, Komodor udara Suryadi Suryadarma merencanakan tugas pembentukan personel Angkatan Udara. Tugas ini kemudian diserahkan kepada Agustinus Adisutjipto. Inilah Lembaga Pendidikan Angkatan Udara pertama yang merupakan embrio Akademi Angkatan Udara dengan menggunakan pesawat latih jenis cureng buatan tahun 1933.
Menjadi perguruan tinggi militer yang unggul di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi kedirgantaraan bertaraf Internasional, melahirkan pemimpin berkarakter, berintegritas, profesional, modern, dan berwawasan kebangsaan.